Pola-Pola Diplomasi

iklan1
Pola-Pola Diplomasi
            Diplomasi sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan negara
menjadi hal pokok yang tidak terlepas dari berbagai macam aspek. Diplomasi memiliki kaitan yang erat dengan keadaan negara asal, mulai dari ekonomi, sosial, budaya, hingga pendidikan. Selain untuk meningkatkan kepentingan di bidang-bidang tersebut, diplomasi juga dapat menjadikan hal tersebut sebagai alat berdiplomasi dengan keunggulannya. Dalam  berdiplomasi, ada setidaknya enam pola yang dapat digunakan. Keenam pola diplomasi tersebut antara lain adalah diplomasi bilateral, diplomasi multiateral, diplomasi asosiasi, diplomasi konferensi, diplomasi personal, dan summit diplomacy.
            Diplomasi dengan pola bilateral merupakan diplomasi yang hanya dilakukan oleh dua negara. Karena hanya mencakup dua negara dalam interaksinya, diplomasi bilateral memiliki sifat yang lebih tertutup dan rahasia untuk menjaga kepentingan antar negara (Evans&Newnham, 1998). Contoh dari diplomasi bilateral adalah hubungan Indonesia dengan China dalam perdagangan bebas. Diplomasi bilateral sebelumnya dianggap lebih efektif karena rahasia kenegaraan dijaga dengan baik, namun keadaan yang semakin kompleks dan banyaknya hubungan dengan negara lain tidak lagi dapat diselesaikan hanya dengan diplomasi bilateral. Meskipun demikian, diplomasi bilateral masih dianggap sebagai pola diplomasi yang memiliki fleksibilitas besar dan memudahkan dalam pencapaian kompromi (Djelantik, 2008).
            Menanggapi diplomasi bilateral yang dianggap sudah tidak efektif untuk menyelesaikan permasalahan antar banyak negara yang lebih komplek, muncul pola baru yaitu diplomasi multilateral. Diplomasi multilateral sebenarnya sudah ada sejak abad ke-4 SM ketika negara-negaraGreco-Persian membentuk aliansi. Namun, diplomasi multilateral mulai berkembang pada awal abad 20 setelah Perang Dunia I. Diplomasi ini merupakan diplomasi yang mencakup tidak hanya dua negara dan dilaksanakan dengan terbuka guna menjaga eksistensi negara di mata internasional. Diplomasi multilateral menitikberatkan penyelesaian masalah melalui konsensus karena dinilai lebih mudah untuk menjalin hubungan dengan berbagai negara ke depannya. Kelemahannya adalah bahwa setiap negara tentu memiliki kecenderungan dalam mencapai kepentingan nasional negaranya yang dapat berujung pada konflik. Namun, negosiasi yang ada pada pola ini merupakan strategi diplomasi yang dianggap cukup efektif (Djelantik, 2008).
            Diplomasi selanjutnya adalah diplomasi asosiasi yang mengikat beberapa negara ke dalam satu wadah dengan kepentingan nasional yang sama. Diplomasi asosiasi juga membentuk organisasi dengan bahasan isu-isu internasional guna meningkatkan pengaruhnya dalam lingkup internasional. Diplomasi asosiasi pertama kali dilakukan oleh PBB dalam pelaksanaan Konferensi Lingkungan Hidup pada tahun 1970. Contoh diplomasi ini adalah berdirinya ASEAN dengan anggota negara-negara di Asia Tenggara. diplomasi ini memiliki keunggulan dalam bahasannya mengenai isu terhangat internasional. Namun, kesamaan kepentingan dari beberapa negara anggota dapat menyebabkan konflik internal.
            Diplomasi pola selanjutnya merupakan diplomasi dengan ciri khas tertentu. Diplomasi konferensi merupakan diplomasi yang menekankan pada komunikasi langsung serta memiliki bahasan masalah yang lebih kompleks. Diplomasi dengan pola ini biasa dilaksanakan oleh para pejabat negara, seperti Perdana Menteri. Hal ini ditujukan agar negoasiasi yang dilakukan dapat menghasilkan keputusan dalam waktu singkat. Contohnya adalah konferensi antara para pemimpinGreat Powers dalam Iron Curtain. Kelemahan pada diplomasi ini adalah keputusan yang mutlak berada di tangan perwakilan. Diplomasi ini dinilai berhasil ketika konsesus telah dicapai (Djelantik, 2008).
            Diplomasi selanjutnya adalah diplomasi personal, yang dilakukan dengan cara melakukan diskusi dan negosiasi secara pribadi kepada pihak yang bersangkutan. Diplomasi pola ini menjalin kekuatan hubungan antara seorang perwakilan dengan seseorang yang berhubungan dengan kepentingannya. Diplomasi ini memiliki efektifitas lebih karena memiliki interaksi langsung kepada pemegang kepentingan. Contoh diplomasi personal adalah diplomasi yang dilakukan oleh Ronald Reagan dengan Gorbachev yang pada akhirnya menjadi faktor penting dalam berakhirnya Perang Dingin (Meese, 2004).
            Pola terakhir diplomasi adalah summit diplomacy. Summit diplomacy merupakan diplomasi yang dilakukan oleh berbagai macam pihak tertinggi terkait untuk menyelesaikan masalah tertentu. Diplomasi pola ini menggabungkan berbagai macam elemen melaluli pemerintahan tertinggi. Sehingga hanya kepala negara dan pejabat tertinggi saja yang berhak mewakili diplomasi padasummit diplomacy. Kata summit mulai digunakan sebagai istilah dalam diplomasi berawal sejak Winston Churcill memaparkannya pada pertemuan internasional tahun 1950 (Melissen, 1999). Contoh dari diplomasi ini adalah Konferensi Asia Afrika yang dilaksanakan di Bandung tahun 1955. Pola ini menunjukkan adanya peran penting kepala negara dan pejabat tertinggi untuk bergabung dengan dunia internasional membahas suatu masalah.
            Dapat disimpulkan bahwa pola diplomasi yang ada menunjukkan luasnya diplomasi dalam praktek langsung. Diplomasi bilateral mengindikasikan adanya hubungan diplomasi antara dua negara yang saling menjaga kerahasiaannya. Diplomasi multilateral dengan bahasan permasalahan yang lebih kompleks dan berhubungan dengan banyak negara, sehingga dilaksanakan dengan terbuka guna menjaga hubungan dengan negara-negara terkait. Diplomasi asosiasi, diplomasi dengan membentuk organisasi atau kelompok dengan kepentingan nasional yang sama serta membahas isu-isu internasional. Diplomasi konferensi dengan khas melakukan tatap muka secara langsung dan dilaksanakan oleh Perdana Menteri untuk mencapai solusi dalam waktu singkat. Diplomasi personal merupakan diplomasi dekat pendekatan pribadi terhadap pihak terkait untuk menciptakan hubungan yang lebih memudahkan diplomasi. Dan yang terakhir adalah summit diplomacy, pola ini menunjukkan adanya kesempatan pihak non-pemerintah untuk berdiplomasi dengan pihak pemerintah terkait permasalahan yang sedang in.

0 Response to "Pola-Pola Diplomasi"

Post a Comment