iklan1
Perkembangan Studi Kebijakan Luar Negeri
Studi mengenai kebijakan luar negeri yang menjadi bagian dalam Studi Ilmu Hubungan
Internasional tentu mengalami berbagai perkembangan untuk menyesuaikan diri agar tetap relevan untuk digunakan ke depannya. Perubahan yang ada juga disesuaikan dengan perkembangan yang ada saat ini seperti yang dipengaruhi oleh teknologi, globalisasi, dan sebagainya. Sedangkan dalam kebijakan luar negeri sendiri perkembangan dan perubahan tidak dapat dipungkiri akan selalu ada karena kebijakan luar negeri selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan kepentingan negara, sehingga sifatnya dinamis. Bosuqets dan Curtis (2011: 2) kemudian mengatakan bahwa studi mengenai kebijaka luar negeri sendiri telah mengalami perkembangan terkait hubungannya dengan teori kompleksitas. Karena sebelum teori kompleksitas muncul, studi mengenai kebijakan luar negeri dapat dikatakan bersifat linear, yaitu kebijakan luar negeri merupakan kebijakan yang dapat dipresiksi dari awal dan bersifat kaku. Setelah adanya teori komplesitas, kebijakan luar negeri kemudian diproyeksikan sebagai kebijakan yang bersifat unpredictable sehingga akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Kebijakan luar negeri juga tidak bersifat linear karena memiliki interkoneksi dengan beberapa elemen, bukan hanya satu elemen. Kebijakan luar negeri berkaitan dengan teori kompleksitas dengan melihat dari konsep feedback dan self organization yang dibawa oleh teori kompleksitas (Bosquets&Curtis, 2011: 6).
Internasional tentu mengalami berbagai perkembangan untuk menyesuaikan diri agar tetap relevan untuk digunakan ke depannya. Perubahan yang ada juga disesuaikan dengan perkembangan yang ada saat ini seperti yang dipengaruhi oleh teknologi, globalisasi, dan sebagainya. Sedangkan dalam kebijakan luar negeri sendiri perkembangan dan perubahan tidak dapat dipungkiri akan selalu ada karena kebijakan luar negeri selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan kepentingan negara, sehingga sifatnya dinamis. Bosuqets dan Curtis (2011: 2) kemudian mengatakan bahwa studi mengenai kebijaka luar negeri sendiri telah mengalami perkembangan terkait hubungannya dengan teori kompleksitas. Karena sebelum teori kompleksitas muncul, studi mengenai kebijakan luar negeri dapat dikatakan bersifat linear, yaitu kebijakan luar negeri merupakan kebijakan yang dapat dipresiksi dari awal dan bersifat kaku. Setelah adanya teori komplesitas, kebijakan luar negeri kemudian diproyeksikan sebagai kebijakan yang bersifat unpredictable sehingga akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Kebijakan luar negeri juga tidak bersifat linear karena memiliki interkoneksi dengan beberapa elemen, bukan hanya satu elemen. Kebijakan luar negeri berkaitan dengan teori kompleksitas dengan melihat dari konsep feedback dan self organization yang dibawa oleh teori kompleksitas (Bosquets&Curtis, 2011: 6).
Teori kompleksitas sendiri dapat diartikan sebagai rangkaian teoritik yang mencoba menyelidiki suatu fenomena melalui sistem yang non-linear dengan melihat dari berbagai elemen yang berpengaruh dan juga dapat berubah-ubah atau fleksibel. Teori ini tidak menganggap adanya proporsionalitas antara input dan output, atau percaya pada adanya metafora buterfly effect yaitu keadaan ketika kupu-kupu yang mengepakkan sayap di Brazil dapat menimbulkan badai di Florida. Metafora ini mengindikasikan bahwa sedikit input bisa saja menghasilakn output yang besar. Kemudian muncul pula gagasan mengenai open system yang mengatakan bahwa suatu jaringan bersifat terbuka untuk melakukan pertukaran informasi dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya ada pula sistem self organization yang menunjukkan interaksi antar otonom yang ada yang melahirkan konsep bottom up.
Menurut Waldrop (1993: 86), kompleksitas sebenarnya muncul dari hal atau komponen-komponen sederhana yang berinteraksi secara bersamaan. Kompleksitas sebenarnya adalah cara yang digunakan untuk mengatur kemungkinan susunan komponen agar dapat berinteraksi.
Pergesaran kebijakan luar negeri yang dipengaruhi oleh teori kompleksitas ini juga memiliki kaitan yang erat dengan kesadaran akan hubungan sosial yang non-linier sebagai ciri dari dunia kontemporer. Castell (1996) juga menjelaskan bahwa kemunculan teknologi dan internet telah membantu masyarakat untuk semakin sadar dengan sistem sosial hingga kemudian memunculkan kesadaran kompleksitas. Teori kompleksitas dalam ilmu sosial kemudian dianggap memiliki kaitan yang erat dengan globalisasi. Selain itu, perkembangan juga muncul dalam bidang non-konvensional salah satunya adalah adanya pendekatan neurobiological. Pendekatan ini melihat kebijakan luar negeri lebih kepada individu namun melakukan analisa terhadap banyak hal sekaligus, seperti latar belakang, prinsip, perbedaan sosial, lingkungan, budaya, psikologis, dan lain sebagainya. Hatemi dan McDermott (2012: 112) menjelaskan bahwa tidak menutup kemungkinan aksi seorang individu akan mempengaruhi kebijakan luar negeri beberapa negara sekaligus. Pendekatan ini kemudian melakukan fokus analisis kepada individu sebagai objek analisis utama. Penggunaan analisis genetik, saraf, dan neurokimia telah menghasilkan banyak pengetahuan baru tentang psikologis, medis, dan perilaku.
Neurobiological approach berusaha untuk melakukan identifikasi terhadap efek gen, lingkungan, dan interaksi individu pada perilaku tertentu. Tidak dapat dipungkiri bahwa konteks genetik dan lingkungan tertentu akan berpengaruh dalam pengambilan aksi suatu individu. Pendekatan ini juga mengembangkan sebuah model komprehensif dari faktor biologis dan sosial yang mengarah pada tindakan – tindakan tertentu. Hatemi dan McDermott (2012: 112) menambahkan bahwa sesungguhnya perbedaan individu tidak dijelaskan dalam ilmu sosial, politik, atau budaya. Sehingga analisis yang dilakukan terhadap individu harus mencakup berbagai bidang, termasuk faktor-fakrtor biologis individu agar kemudian dapat menghasilkan data bahan analisis yang komprehensif. Namun hal ini juga turut menjadi kelemahan dari pendekatan ini karena akan sulit dan membutuhkan banyak data untuk melakukan analisis biologis seseorang. Sedangkan faktor genetik pada umumnya juga tidak memiliki pengaruh yang besar pada perilaku seseorang. Namun kelebihan terletak pada pengambilan analisis pada setiap kemungkinan yang ada untuk mendapatkan banyak data untuk kemudian dikomparasikan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan dalam kebijakan luar negeri suatu negara akan selalu ada karena kebijakan luar negeri bersifat dinamis dan mengejar relevansi untuk digunakan. Perkembangan terbaru dari kebijakan luar negeri adalah mulai digunakannya teori kompleksitas dalam mengkaji suatu permasalahan yang ada. Hal ini berkaitan dengan kebijakan luar negeri yang sebelumnya bersifat linier menjadi non-liner dan juga fleksibel. Perkembangan lainnya muncul dengan adanya pendekatan neurobiological yang melakukan analisis dengan melihat pada indvidu yang berperan dalam kebijakan tersebut. Analisis dalam individu dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor genetik, lingkungan, budaya, dan juga hal-hal lainnya yang dianggap mampu berpengaruh. Penulis berpendapat bahwa pendekatan kedua, yaitu neurological merupakan pendekatan yang cukup sulit untuk dilakukan karena akan membutuhkan terlalu banyak data hanya untuk menganalisa faktor-faktor genetik suatu individu.
0 Response to "Perkembangan Studi Kebijakan Luar negeri"
Post a Comment