iklan1
KONSEP DASAR ILMU PEMERINTAHAN
1.Ilmu
Pemerintahan
Menurut bahasa kata
“Pemerintahan”,berasal dari kata “perintah” berarti sesuatu yang harus
dilaksanakan. Sedangkan menurut istilah ialah Kegiatan atau aktivitas yang
diselenggarakan oleh suatu subjek, yakni organisasi, badan, lembaga dan pejabat-pejabat pemerintahan suatu Negara.
diselenggarakan oleh suatu subjek, yakni organisasi, badan, lembaga dan pejabat-pejabat pemerintahan suatu Negara.
Berikut definisi ilmu pemerintahan menurut para ahli :
1.Menurut D.G.A. van Poelje (1993:1):
De bestuurskunde leert, hoe men de
openbare dienst het beste inricht en leidt
Maksudnya, ilmu pemerintahan mengajarkan bagaimana
dinas umum disusun dan dipimpin dengan sebaik-baiknya.
2.Menurut U. Rosenthal (1978:17):
De bestuurwetenschap is de wetenschap
die zich uitsluitend bezighoudt met de studie van interneen externe werking van
de structuren en prosessen.
Maksudnya, ilmu pemerintahan adalah ilmu yang
menggeluti studi tentang penunjukkan cara kerja ke dalam dan ke luar struktur
dan proses pemerintahan umum.
3.Menurut H.A. Brasz (1975:1):
De bestuurswetenschap waaronder het
verstaat de wetenschap die zich bezighoudt met de wijze waarop de openbare
direnst is ingericht en functioneert, intern en naar tegenover de burgers.
Maksudnya, ilmu pemerintahan dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang cara bagaimana lembaga pemerintahan umum itu
disusun dan difungsikan secara ke dalam amupun ke luar terhadap warganya.
3.Menurut, C.F. Strong (1960:6):
pemerintahan dalam arti luas mempunyai
kewenangan untuk memelihara kedamaian dan keamanan negara ke dalam dan ke luar.
Oleh karena itu, pertama, harus mempunyai kekuatan militer atau kemampuan untuk
mengendalikan angkatan perang, yang kedua, harus mempunyai kekuatan legislatif
atau dalam arti pembuatan undang-undang, yang ketiga, harus mempunyai kekuatan
finansial atau kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam rangka
membiayai ongkos keberadaan negara dalam menyelenggarakan peraturan, hal
tersebut dalam rangka penyelenggaraan kepentingan negara.
4.Menurut R. Mac Iver (1947):
Government is the organization of men
under authority ... how men can be governed.
Maksudnya, pemerintahan itu adalah sebagai suatu
organisasi dari orang-orang yang memunyai kekuasaan ... bagaimana manusia itu
bisa diperintah.
Jadi bagi Mac Iver, ilmu pemerintahan adalah sebuah
ilmu tentang bagaimana manusia-manusia dapat diperintah (a science of how men
are governed).
2. Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Pemerintahan
1. Ontologi
Ontologi ilmu meliputi apa hakekat ilmu itu, apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafati tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being, sein, het zijn). Faham monisme yang terpecah menjadi idealisme dan spiritualisme, materilaisme, dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik yang pada akhirnya menentukan pendapat bahkan “keyakinan” kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) “ada” sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari. Ontologi meliputi tiga segi ilmu, yaitu menurut prioritasnya, menurut nivo pemikirannya dan menurut objeknya. Dalam kaitan ini, ketiga sebutan, yaitu: ‘filsafat pertama’, ‘metafisika umum’, dan ‘ontologi’ dapat dipergunakan indiscrimination (tanpa dibedakan), kecuali sejauh ingin ditunjukkan dengan tepat salah satu segi tertentu.
2. Epistemologi
Epistemologi, atau filsafat pengetahuan, adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat atau skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana dan tatacara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenai pilihan landasan ontologik akan dnegan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (verstand), akal budi (vernunft), pengalaman, atau kombinasi antara akal, pengalaman, intuisi merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologi, sehingga dikenal adanya model-model epistemologi seperti: rasionalisme, empirisisme, kritisme atau rasionalisme kritis, positivisme, dan fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologi beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seperti teori koherensi, korespondensi, pragmatis, teori intersubjektif dan hermenetics.
3. Aksiologi
Aksiologi meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine quanon yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Aksiologi mencakup nilai-nilai sebagaimana etika dan moral yang secara emperatif menjadi dasar dan arah pengalian, penelitian dan penerapan ilmu.
Ontologi ilmu meliputi apa hakekat ilmu itu, apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafati tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being, sein, het zijn). Faham monisme yang terpecah menjadi idealisme dan spiritualisme, materilaisme, dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik yang pada akhirnya menentukan pendapat bahkan “keyakinan” kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) “ada” sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari. Ontologi meliputi tiga segi ilmu, yaitu menurut prioritasnya, menurut nivo pemikirannya dan menurut objeknya. Dalam kaitan ini, ketiga sebutan, yaitu: ‘filsafat pertama’, ‘metafisika umum’, dan ‘ontologi’ dapat dipergunakan indiscrimination (tanpa dibedakan), kecuali sejauh ingin ditunjukkan dengan tepat salah satu segi tertentu.
2. Epistemologi
Epistemologi, atau filsafat pengetahuan, adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat atau skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana dan tatacara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenai pilihan landasan ontologik akan dnegan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (verstand), akal budi (vernunft), pengalaman, atau kombinasi antara akal, pengalaman, intuisi merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologi, sehingga dikenal adanya model-model epistemologi seperti: rasionalisme, empirisisme, kritisme atau rasionalisme kritis, positivisme, dan fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologi beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seperti teori koherensi, korespondensi, pragmatis, teori intersubjektif dan hermenetics.
3. Aksiologi
Aksiologi meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine quanon yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Aksiologi mencakup nilai-nilai sebagaimana etika dan moral yang secara emperatif menjadi dasar dan arah pengalian, penelitian dan penerapan ilmu.
3.Pendekatan-pendekatan
ilmu pemerintahan
1. Pendekatan
politik
·
Pendekatan Legal Kelembagaan lebih membahas pemerintahan kota dari
peraturan -peraturan kelembagaan fungsi-fungsi yang dilaksanakan, kekuasaan
atau urusan yang dimiliki, ukuran optimal pemerintah kota, otonomi, keuangan,
manajemen personalia dan aspek-aspek prosedural. Pendekatan
Normatif merupakan pendekatan antitesis terhadap pendekatan legal
kelembagaan. Pendekatan ini lebih menekankan pada nilai-nilai demokrasi, partisipasi
politik, otonomi lokal, keterwakilan,dan tanggung jawab terhadap publik.
·
Pendekatan Model Penyebab Sirkular berdasarkan pada model Gunnar
Myrdal tentang hubungan antara institusionalisasi dan pembangunan ekonomi.
Dengan menggunakan model ini juga Rigg menunjukkan dari hasil studinya di
Filipina bahwa rendahnya tingkat ekonomi lokal dan lemahnya lembaga-lembaga
lokal disebabkan oleh keterbelakangan (underdevelopment). Pendekatan Kekuasaan Masyarakat (Community Power Approach)
merupakan pendekatan yang berusaha mengidentifikasi struktur kekuasaan dalam
sebuah masyarakat melalui analisis empiris.
·
Pendekatan Sistem Penetrasi (Penetrated
system approach) menganalisis pengaruh kekuatan supralokal dan interaksi
politik vertikal terhadap pemerintah lokal. Dalam pendekatan ini, masyarakat
dipandang sebagai sasaran pengaruh politik dan birokrasi utama, baik dari
pemerintah lokal maupun pemerintah pusat dengan otoritas legal dan sumber daya
keuangannya selalu menempatkan masyarakat dalam posisi lemah.
·
Pendekatan Perbandingan (Comparative
Approach) lebih memfokuskan pada profil dan perbandingan dari beberapa
pemerintah lokal atau metropolitan.
2. Pendekatan Ekonomi
Dalam pendekatan ekonomi, pemerintah kota dipandang sebagai salah
satu aktor ekonomi, yaitu sebagai produsen barang dan jasa bagi masyarakat
kota. Dari perkembangan ekonomi kontemporer dalam skala global, peran
pemerintah kota sebagai aktor ekonomi nasional. Proses globalisasi ekonomi
sebuah bangsa, khususnya bangsa Indonesia telah menyebabkan pergeseran peran
pemerintah baik pemerintah di tingkat pusat maupun daerah dari peran-peran
tradisional.
3.Pendekatan
Lingkungan
Pendekatan Lingkungan Pendekatan ilmu lingkungan dalam studi pemerintah
merupakan pendekatan yang paling baru, yang bersifat interdisipliner antara
ilmu social dan ilmu alam. Beberapa alasan rasional yang signifikan yang
menuntut para pengambil kebijakan untuk memperhatikan masalah lingkungan ini,
yaitu : keunikan karakteristik lingkungan wilayah , tingkat pertumbuhan dan
jumlah penduduk , tingkat pendapatan dan pembangunan ekonomi, masalah
lingkungan yang bersifat menyebar, peran aktor-aktor local. Kualitas lingkungan
di sebuah wilayah tidak di tentukan oleh actor saja, namun sebaliknya di
tentukan oleh berbagai actor dan hasil interaksi antara mereka.
4.Pendekatan
Ruang Atau Spasial
Aspek ruang(space) merupakan aspek yang lebih penting diperhatikan oleh perencanaan
kota atau wilayah. Administrasi pemerintahan yang bersifat terbuka, yang
mempunyai ciri potensial untuk melakukan kontrol bila diperlukan. Diharapkan
setiap birokrat mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup tentang tugas
yang diembannya, sehingga terwujud “ professionally determined decentralized”,
artinya desentralisasi yang terwujud karena adanya profesionalisme birokrasi
pemerintahan.
4.ILMU
PEMERINTAHAN DAN ILMU POLITIK
Ilmu Politik dan Pemerintahan timbul dari
perhatian yang sama terhadap negara. Ilmu Politik mencoba melepaskan diri dari
Ilmu Negara [Staatslehre, Sociologie van de Staat] dan mencoba menjadi ilmu
yang berdiri sendiri. Ilmu Pemerintahan mencoba melepaskan diri dari Ilmu
Politik, terutama dari segi filosofis dan historis sosiologis, dan lebih
diarahkan ke permasalahan publik.
0 Response to "Makalah Konsep Dasar Ilmu Pemerintahan"
Post a Comment