Makalah Pidana dan Pemidanaan

iklan1
PIDANA DAN PEMIDANAAN
                                                                        


Muhammad ichsan (140104010)
Munandar saimi (140104012)
M. Abrar Masykuri (140104024)








Hukum pidana islam
Fakultas syariah dan hukum
Universitas islam negeri ar-raniry banda aceh
2014/2015
















A.  PENDAHULUAN
HUKUM PIDANA ADALAH HUKUM YANG MEMBERIKAN SANKSI ATAU NESTAPA KEPADA SI PELAKU KEJAHATAN ATAUPUN PELANGGARAN. OLEH SEBAB ITU PERLU KITA PAHAMI BAGAIMANA TEORI PEMIDAAN TERHADAP SI PELAKU KEJAHATAN ATAU PELANGGARAN SERTA TUJUAN DARI PEMIDAAN ITU SENDIRI.
MAKA DALAM HAL INI AKAN KAMI AKAN MENCOBA MEMAPARKAN KEPADA PEMBACA, SEPERTI PEMBAHASAN BERIKUT INI.

B.  PENGERTIAN PIDANA DAN PEMIDANAAN
1.    PENGERTIAN PIDANA
Pidana berasal dari kata straf (belanda), yang pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan (nestapa) yang sengaja dikena-kan/dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana.[1]
Menurut Andi Hamzah, ahli hukum indonesia membedakan istilah hukuman dengan pidana, yang dalam bahasa belanda dikenal dengan istilah straf. Istilah hukuman adalah istilah umum yang diper-gunakan untuk semua jenis sanksi baik dalam ranah hukum perdata, administratif, disiplin dan pidana, sedangkan istilah pidana diartikan secara sempit yaitu hanya sanksi yang berkaitan dengan hukum pidana.
 Hukum pidana menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran hukum yang dilakukan. Sanksi itu pada prinsipnya merupakanpenambahan penderitaan dengan sengaja. Penambahan penderitaan dengan sengaja ini pula yang menjadi pembeda terpenting antara hukum pidana dengan hukum yang lainnya.[2]
Menurut Satochid Kartanegara,[3] bahwa hukuman (pidana) itu bersifat siksaan atau penderitaan, yang oleh undang-undang hukum pidana diberikan kepada seseorang yang melanggar sesuatu norma yang ditentukan oleh undang-undang hukum pidana, dan siksaan atau penderitaan itu dengan keputusan hakim dijatuhkan terhadap diri orang yang dipersalahkan itu. Sifat yang berupa siksaan atau penderitaan itu harus diberikan kepada hukuman (pidana), karena pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang terhadap norma yang ditentukan oleh undang-undang hukum pidana itu merupakan pelanggaran atau perkosaan kepentingan hukum yang dilindungi oleh undang-undang hukum pidana. Kepentingan hukum yang akan dilindungi itu adalah sebagai berikut:
1.1    jiwa manusia (leven);
1.2    keutuhan tubuh manusia (lyf);
1.3    kehormatan seseorang (eer);
1.4    kesusilaan (zede);                    
1.5    kemerdekaan pribadi (persoonlyke vryheid);
1.6    harta benda/kekayaan (vermogen).

2.        PENGERTIAN PEMIDANAAN 
Pemidanaan adalah suatu proses atau cara untuk menjatuhkan hukuman/sanksi terhadap orang yang telah melakukan tindak kejahatan (rechtsdelict)  maupun pelanggaran (wetsdelict).

2.1    KEJAHATAN (RECHTSDELICT)
Orang baru menyadari hal tersebut merupakan tindakpidana karean perbuatan tersebut tercantum dalam undang-undang, istilahnya disebut wetsdelict (delik undang-undang ). Dimuat dalam buku iii kuhp pasal 489 sampai dengan pasal 569. Contoh pencurian (pasal 362 kuhp), pembunuhan (pasal 338 kuhp), perkosaan (pasal 285 kuhp)

2.2  PELANGGARAN (WETSDELICT)
Meskipun perbuatan tersebut tidak dirumuskan dalam undang-undang menjadi tindak pidana tetapi orang tetap menyadari perbuatan tersebut adalah kejahatan dan patut dipidana, istilahnya disebut rechtsdelict (delik hukum). Dimuat didalam buku ii kuhp pasal 104 sampai dengan pasal 488. Contoh mabuk ditempat umum (pasal 492 kuhp/536 kuhp), berjalan diatas tanah yang oleh pemiliknya dengan cara jelas dilarang memasukinya (pasal 551 kuhp).[4] 
                                                 

C.  TEORI DAN TUJUAN PEMIDANAAN
1.    TEORI PEMIDANAAN
Teori pemidanaan dapat digolongkan dalam empat golongan teori, yakni ;
1.1    teori pembalasan atau teori imbalan (vergfalden) atau teori absolut (vergeldingstheorieen).
Teori ini membenarkan pemidanaan karena seseorang telah melakukan suatu tindak pidana, maka terhadap pelaku pidana mutlak harus diadakan pembalasan berupa pidana dengan tidak mempersoalkan akibat pemidanaan bagi terpidana.

1.2    Teori relatieve (nisbi) atau teori tujuan (doeltheorieen)
Teori tujuan membenarkan pemidanaan (rechtsvaardigen), pada tujuan pemidanaan, yakni untuk mencegah terjadinya kejahatan (ne peccetur). Dengan adanya ancaman pidana dimaksudkan untuk menakut-nakuti calon penjahat yang bersangkutan atau untuk prevensi umum.

1.3    Teori gabungan (verenigings-theorieen).
Teori ini mendasarkan pemidanaan pada perpaduan antara teori pembalasan dengan teori tujuan, karena kedua teori tersebut bila berdiri sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai kelemahan.

1.4    Teori negatif (negativime).
Teori ini dipelopori oleh hazelwinkel-suringa mengatakan, bahwa kejahatan tidak boleh dilawan, dan musuh jangan dibenci karena hanya tuhan yang paling berhak untuk mempidana pada mahluk-mahluknya.
George B Volt menyebutkan teori adalah bagian dari suatu penjelasan yang yang muncul manakala seseorang dihadapkan pada suatu gejala yang tidak dimengerti. Artinya teori bukan saja sesuatu yang penting tetapi lebih dari itu karena di sangat dibutuhkan dalam rangka mencari jawaban akademis.
Teori tujuan pemidanaan dalam leteratur disebutkan berbeda-beda namun secara subtansi sama. Teori-teori tujuan pemidanaan tersebut pada umumnya ada 3 (tiga) teori yang sering di gunakan dalam mengkaji tentang tujuan permidanaan yaitu:
O   Teori retributif (absolute)
O   Teori relatif (teori tujuan)
O   Teori integrative (gabungan )

2.    TUJUAN PEMIDANAAN
Herbert l. Packer menyatakan bahwa ada dua pandangan konseptual yang masing-masing mempunyai implikasi moral yang berbeda satu sama lain, yakni ;
1.      Pandangan retributif (retributive view)
Pandangan retributif mengandaikan pemidanaan sebagai ganjaran negatif terhadap perilaku menyimpang yang dilakukan oleh warga masyarakat sehingga pandangan ini melihat pemindanaan hanya sebagai pembalasan terhadap kesalahan yang dilakukan atas dasar tanggung jawab moralnya masing-masing. Pandangan ini dikatakan bersifat melihat ke belakang(backward-looking).
2.      Pandangan utilitarian (utilitarian view). Pandangan untilitarian melihat pemidanaan dari segi manfaat atau kegunaannya dimana yang dilihat adalah situasi atau keadaan yang ingin dihasilkan dengan dijatuhkannya pidana itu.

Di satu pihak, pemidanaan dimaksudkan untuk memperbaiki sikap atau tingkah laku terpidana dan di pihak lain pemidanaan itu juga dimaksudkan untuk mencegah orang lain dari kemungkinan melakukan perbuatan yang serupa. Pandangan ini dikatakan berorientasi ke depan (forward-looking) dan sekaligus mempunyai sifat pencegahan (detterence).[6]
Tujuan pemidanaan, yaitu pencegahan (prevention) dan retribusi (retribution). Dasar retribusi dalam just desert model menganggap bahwa pelanggar akan dinilai dengan sanksi yang patut diterima oleh mereka mengingat kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya, sanksi yang tepat akan mencegah para kriminal melakukan tindakan-tindakan kejahatan lagi dan mencegah orang-orang lain melakukan kejahatan.

D.  KESIMPULAN
PIDANA BERASAL DARI KATA STRAF (BELANDA), YANG PADA DASARNYA DAPAT DIKATAKAN SEBAGAI SUATU PENDERITAAN (NESTAPA) YANG SENGAJA DIKENA-KAN/DIJATUHKAN KEPADA SESEORANG YANG TELAH TERBUKTI BERSALAH MELAKUKAN SUATU TINDAK PIDANA
PEMIDANAAN ADALAH SUATU PROSES ATAU CARA UNTUK MENJATUHKAN HUKUMAN/SANKSI TERHADAP ORANG YANG TELAH MELAKUKAN TINDAK KEJAHATAN (RECHTSDELICT)  MAUPUN PELANGGARAN (WETSDELICT).
TEORI TUJUAN PEMIDANAAN DALAM LETERATUR DISEBUTKAN BERBEDA-BEDA NAMUN SECARA SUBTANSI SAMA. TEORI-TEORI TUJUAN PEMIDANAAN TERSEBUT PADA UMUMNYA ADA 3 (TIGA) TEORI YANG SERING DI GUNAKAN DALAM MENGKAJI TENTANG TUJUAN PERMIDANAAN YAITU:
O  TEORI RETRIBUTIF (ABSOLUTE)
O  TEORI RELATIF (TEORI TUJUAN)
·         TEORI INTEGRATIVE (GABUNGAN )

























DAFTAR PUSTAKA

-MULADI DAN BARDA NAWAWI ARIEF, 2005. TEORI-TEORI DAN KEBIJAKAN PIDANA, BANDUNG:    ALUMNI
-ISMU GUNADI DAN JONAEDI EFENDI,2014. CEPAT DAN MUDAH MEMAHAMI HUKUM PIDANA , JAKARTA:  KENCANA
-FITRIA PRATIWI DAN LIS SUTINAH ,2014. KUHP DAN KUHAP, JAKARTA : TIM VISI YUSTISIA




0 Response to "Makalah Pidana dan Pemidanaan"

Post a Comment